A Landasan Filosofis
Kata
filosofis atau filsafat berakusal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan Shopos
berarti bijaksana. Menurut asal kata tersebut maka filosofis berari kecintaan
terhadap kebijaksannaan. Lebih luas lagi, dalam kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat
merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya,
selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya tentang sesuatu masalah. Pemikiran
tersebut mengarah kepada pemahaman tentang hakikat sesuatu. Hasil pemikiran
tersebut dipakai sebagai dasar untuk bertindak, dan tentunya tindakan-tindakan
yang bijaksana. Dengan kaitannya dengan ini, orang-orang yang bertindak dengan
didasari pemikiran filosofis adalah orang yang bijaksana.
Begitu juga dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling, diharapkan meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran
filosofis tentang yang bersangkut paut dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Dengan pemikiran filosofis memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri
lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya
pemberian bantuannya.
Beberapa
pemikiran filosofis yang terkait dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling:
·
Hakikat manusia
Para tokoh dunia
mengupas hakikat manusia dari sudut pandang psikologis, perikehidupan manusia
yang meliputi pola berpikir, persepsi, kesadaran, kepribadian, moral, kemauan,
kepercayaan, dan sebagainya.
Beberapa deskripsi tentang hakikat
manusia:
Ø Manusia
adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangandirinya.
Ø Manusia
dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
Ø Manusia
berusaha terus menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri,
khususnya melalui pendidikan
Ø Manusia
dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk; dan hidup berarti upaya
untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol
keburukan.
Ø Manusia
adalah makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya. Keberadaan manusia
dilengkapi dengan empat dimensi kemanusian (dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman)
Hakikat
manusia akan berkembang dari zaman ke zaman selama manusia itu ada. Namun untuk
mengoptimalkan perwujudan kemanusian itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan,
dan konseling perlu dilakukan. Dari sisi lain, upaya-upaya pembudayaan,
pendidikan, dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat
manusia, agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari
hakikat manusia itu sendiri.
·
Tujuan dan Tugas Kehidupan
Adler (1954),
mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah menjamin terus
berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusian di atas bumi, dan memungkinkan
terselesaikannya dengan aman perkembangan manusia. Sedangkan Jung (1958),
melihat bahwa kehidupan psikis manusia mencari keterpaduan, dan didalamnya
trdapat dorongan instinctual kea rah keutuhan dan hidup sehat (dalam Witner &
Sweeney, 1992). Maslow (dalam Witner & Sweeney) menegaskan adanya daya
upaya untuk terciptanya hidup yang sehat merupakan kecenderungan yang universal
dalam kehidupan manusia. Witner & Sweeney (1992) mengajukan suatu model
tentang kebahagian dan kesejahteraan hidup, serta upaya mengembngkan dan
mempertahankan kehidupan. Kedua pemikir tersebut menjelaskan cirri-ciri hidup
sehat sepanjang hayat dalam lima katagori tugas kehidupan, yaitu:
1. Spiritualitas
Dalam kategori ini terdapat agama sebagai
sumber inti bagi kehidupan. Agama sebagai sumber moral, etika, dan aturan-atura
formal yang berlaku.
2. Pengaturan
diri
Sesorang yang sehat akan mampu
menkoordinasikan hidupnya dengan pola tingkah laku yang bertujuan positif dan
sesuai norma-norma yang berlaku.
3. Bekerja
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh
keuntungan ekonmi, psikologis, dan keuntungan social.
4. Persahabatan
Merupakan hubungan social. Persahabatan
memberikan tiga dukungan utama, yaitu dalam bentuk dukungan emosional,
keberadaan, dan informasi.
5. Cinta
B. Landasan Religius
Dalam
kaitannya bagi layanan Bimbingan dan Konseling, landasan religius menekankan
tiga hal pokok, yaitu:
1. Keyakinan
bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan,
2. Sikap
yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan
sesuai kaidah-kaidah agama.
3. Peranan
agama terhadap individu dalam berasyarakat dan berbudaya.
Landasan
religius dalam bimbingan dan konseling pada umumnya ingin menetapkan klien
sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaan kemanusiaannya. Konselor harus
dapat menghidari kesalapahaman tentang implementasi landasan religius dalam
pelayanannya, dan koselor juga harus dengan sangat hati-hati dan bijaksana
menerapkan landasan religius itu terhadap klien yang berlatar belakang agama
yang berbeda.
C. Landasan Psikologis
Landasan
psikologis da;lam hubungannya dengan Bimbingan dan Konseling aalah memberikan
pemahaman tentang tingkah laku klien(sasaran layanan) dalam proses konseling.
Mengingat bahwa sasaran pelayanan dari Bimbingan dan Konseling adalah tingkah
laku itu sendiri, baik dalam pengembangan maupun pengubahan tingkah laku
tersebut kea rah yang lebih baik. Untuk keperluan Bimbiungan dan Konseling,
hal-hal yang perlu di kuasai dalam hubungannya dengan bidang psikologi, yaitu:
a.
Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi
berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku..
b.
Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan
dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik. Pembawaan pada
dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan
dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.
c. Perkembangan
Individu
Perkembangan
individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral
dan sosial.
d. Belajar
Belajar
merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu.
e.
Kepribadian
Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
·
Karakter;
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
·
Temperamen; yaitu disposisi reaktif
seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang
datang dari lingkungan.
·
Sikap;
sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·
Stabilitas
emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau
putus asa.
·
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan
untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau
menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang
dihadapi.
·
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi
yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang
terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk
kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat
memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi
perilaku individu yang dilayaninya (klien). Oleh karena itu, agar konselor
benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat
bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum,
psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan
psikologi kepribadian.
D. Landasan Sosial Budaya
Jika
ditilik lebih mendalam, dalam keberadaan dan kehidupan manusia terdapat dimensi-dimensi
kehidupan. Salah satunya adalh dimensi kesosialan. Sebagai makhluk social,
manusia tidak pernah bias hidup seorang diri. Dan dalam hidup bersosial
tersebut trdapat nilai-nilain norma social maupun pandangan hidup yang terpadu
dalam system budaya.
Adapun
dalam proses Bimbingan dan Konseling, dijumpai komunikasi yang melibatkan
antara konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Masalah yang sering dijumpai dalam proses komunikasi tersebut adalah perbedaan
bahasa, perbedaan komunikasi nonverbal, stereotip, kecenderunagan menilai, dan
juga kecemasan (Pedersen, dkk.1976).
Dalam
kaitannya dengan sosil budaya seseorang konselor ditekankan bahwa betapa
pentingnya dan perlunya sikap memahami, menghargai dan menjadikan pertimbangan
utama segenap aspek lingkungan social budaya yang berpengaruh terhadap tingkah
laku klien.
E. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut
teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan
layanan itu secara berkelanjutan.
·
Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling
adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun
secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu
bimbingan dan konseling mempunyai objek kajiannya sendiri, metode pengalihan
pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan
konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada
ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku
teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konselinng.
·
Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan dan konseling
merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan
berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan
pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu;
biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu
sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
·
Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan
pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses
pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji
didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.
F.
Landasan Pedagogis
Pendidikan
itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992). Dalam hal ini, pendidikan
ditinjau sebagai landasan Bimbingan danKonseling dari tiga segi, yaitu:
a.
Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia
sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi
manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi
keindividualannya, kesosialisasinya, kesusilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan
pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
b.
Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini
telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.
c.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan
pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).
Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan
pendidikan pada umumnya.
Tq untk Blog nya...
BalasHapusTerima ksih.... di tingkatkan lagi ya
BalasHapus